- Gadis kecil ingin keluar, menantang alam -

Minggu, 26 Juli 2015

Long long loooooongggggggg time no see................
Hai, Semarang! Kota penuh kenyamanan hihihi, bagiku sih. Oke, melanjutkan artikel yang tadi nih, aku bakal ceritain kisah backpacker ala diana dan fikri hahahaha apaan -_- Artikel yang mana? Yang ini nih, nih klik DISINI
Mungkin sekitar pukul 9.00 WIB kami sampai di Stasiun Poncol, Semarang, Jawa Tengah. Kenapa kami pilih Stasiun Poncol? Lebih deket ke Lawang Sewu sih hihihi. Soalnya, tujuan pertama kami adalah Lawang Sewu. Duh, bosennya! Hihihi, tapi diana harus tetap semangat menjadi tour guide buat fikri hahaha. Oiya oiya, kereta yang kami naiki bukan kereta barang tenang aja wkwkwk. Kereta normal layaknya yang lainnya, dingin karena pagi-pagi harus dihadapkan dengan AC, dan sedikit sempit karena kereta ekonomi hihihihi.
Di stasiun seperti biasa kami istirahat sebentar. Benahin bentuk wajah yang masih kepengen nyium bantal ke bentuk wajah yang semangat dan ceria. Sebelum jalan-jalan, kami beli sarapan dulu di warung sebelah stasiun. Warung yang hmm... cukup mahal menurutku wkwkwkwk. Karena kami pesan seporsi soto + seporsi rawon + teh hangat + aqua botol = 25rb wkwkwkwk -_- Itu murah apa mahal sih? Bagiku mahal wkwk -_-
Setelah makan, akhirnya kami berjalan keluar dan berjalan ke halte BRT Trans Semarang. Di Stasiun Poncol ada dua halte yang saling berseberangan. Yang satu di sebelah stasiun, yang satu di seberang stasiun. Berhubung kami ingin menuju ke lawang sewu, atau jurusan Tugu Muda atau Pemuda, maka kami berjalan ke halte seberang stasiun. Dari sini, kalo kalian mau ke Tugu Muda, kalian bisa naik semua BRT, jurusan apapun terserah wkwkwk. Gak nyasar? Gak akan, karena setiap BRT nanti pasti akan transit di Tugu Muda. Atau kalo takut nyasar, tanya aja ke kernet bus nya, BRT itu nanti transit di Pemuda apa gak. Beres deh hihihi.
Cukup murah membayar 3.500/orang, kami naik BRT. Dengan naik BRT, kami bisa melihat-lihat pemandangan Kota Semarang yang ditata rapi. Hap! Hap! Hap!
Gak lama kok naik BRT dari Stasiun Poncol ke Pemuda, cukup 5-10 menit. Memang ngebut sih, kalo kata fikri sopirnya pensiunan sopir Sumber Kencono hahaha -_-
Kami turun di halte Balaikota. Dari halte ke lawang sewu kami jalan kaki. Manja banget kalo naik becak wkwkwk. Gak ada sekilo kok, paling-paling setengah kilo hihihihi. Kalo kalian takut nyasar kemana arah ke lawang sewu, tanya aja ke mbak-mbak petugas halte. Kalo aku sih udah hafal jadi sorry aja ya buat nanya hahaha -_-
Dan akhirnya, sampai juga kami di lokasi syuting Ayat-Ayat Cinta dan film horor Lawang Sewu. Lawang Sewu memang sudah banyak berubah sekarang. Dari dulunya yang masih sepi kayak kuburan, sekarang udah ramai kayak taman. Kayaknya Pemerintah berhasil membuat peningkatan terhadap pengunjung Lawang Sewu. Tiketnya aja sekarang udah jadi 10.000/orang hihihi. Kalo takut kesasar karena konon katanya bangunan ini memiliki banyak ruang, atau kalo kalian juga ingin tahu sejarah lengkap dari Lawang Sewu kalian bisa meminta untuk ditemani tour guide. Biaya untuk tour guide sebesar 30.000,- Kalo kami sih enggak pake tour guide. Soalnya, aku yang jadi tour guide spesial untuk fikri hihihi.
Lawang Sewu yang SEKARANG memiliki 3 gedung, yaitu gedung A, gedung B, dan gedung C. Sebenarnya ada ruang bawah tanah. Tapi, ketika aku ke sana ruang bawah tanah sedang ditutup hiks. Katanya udah setahun ditutup. Padahal, di sini lah letak keasyikan ketika kita datang ke Lawang Sewu. Kalo kalian kesini, jangan lewatkan kesempatan untuk ke ruang bawah tanah apabila ruangan itu dibuka kembali. Sayang banget ya, fikri gak bisa ke sana :(



Ya sudah, akhirnya kami masuk ke gedung C yang bisa dianggap seperti museum mini di Lawang Sewu. Gambarnya ada di atas ini hihihi. Gedung C ini termasuk gedung baru. Dulunya belum ada, dulunya gedung ini sangat kosong, rapuh, berisi kamar mandi yang kotor dan tidak terawat. Dulu sih kesan horornya begitu melekat. Namun, sekarang kesan horor sepertinya sudah dihilangkan oleh Pemerintah agar masyarakat tidak takut datang kesini. Padahal, disana keunikan dari bangunan seribu pintu ini.
Di museum ini, kita akan diberi tau sejarah berdirinya bisnis transportasi kereta api di Pulau Jawa. Dibantu oleh Belanda, maka bangunan Lawang Sewu ini berdiri. Lawang Sewu memang merupakan pusat perkeretaapian di Pulau Jawa. Namun keadaan berubah ketika Jepang datang. Jepang mengambil alih gedung ini dan terjadilah pembantaian besar-besaran di Lawang Sewu. Tempat pembantaiannya tentu saja di ruang bawah tanah.



Lawang Sewu memang memiliki arsitektur yang indah. Bahan-bahan bangunan yang dipakai membuat gedung ini kokoh berdiri sampai sekarang. Sayangnya, sekarang Lawang Sewu sudah dilakukan rehab sehingga banyak bahan-bahan bangunan mulai dari gagang pintu, keramik, atau kayu yang sudah diganti dengan merk lokal. Sehingga, Lawang Sewu sudah tidak seperti aslinya. Lawang Sewu sudah berubah :(




Seperti yang sudah kubilang Lawang Sewu kini sudah berubah. Sekarang, di setiap ruang berisi begitu banyak miniatur-miniatur yang menjelaskan sejarah berdirinya perkeretaapian di Pulau Jawa. Padahal, dulunya seluruh ruangan di Lawang Sewu kosong. Terkesan hampa dan horor tentu saja. Sebenarnya, aku sedikit kecewa karena di setiap ruangan Lawang Sewu penuh dengan miniatur yang menurutku bukan pada tempatnya. Kalo aku sih suka Lawang Sewu yang dulu. Lawang Sewu yang asri dan asli tidak ada rekayasa apapun. Tapi tak apa, semakin lama memang perubahan itu diperlukan, bukan?


Dan akhirnya!! Aku menemukan tempat favoritku. Tempat favorit buat foto hihihi. Kenapa ini menjadi tempat favorit? Sebenarnya Lawang Sewu memiliki banyak ruang seperti ini. Ruang demi ruang dihubungkan dengan lubang pintu yang dibangun sejajar. Dan jika dilihat maka akan mengesankan seperti lorong kereta api.




Buat kalian yang hobi selfie, pasti kalian betah di tempat ini. Karena, dengan anggunnya Lawang Sewu sudah memfasilitasi pemandangan-pemandangan yang gak akan kalian dapatkan di tempat lain. Tapi sayangnya, karena Lawang Sewu masih dalam tahap rehab, gak semua ruangan bisa kita masukin. Padahal, dulu sebelum dibenahi, kita bisa memasuki seluruh ruangan di Lawang Sewu yang benar-benar besar dan megah ini. Sebenarnya, ada satu ruangan yang benar-benar bagus sebagai tempat untuk berfoto. Yaitu di gedung A, di lantai 2. Di sana, kita bisa foto berlatarkan tugu muda yang berada tepat di seberang Lawang Sewu. Yahhhh huhuhu, aku gagal menjadi guide yang membuat fikri terkesan dengan bangunan megah ini hehehe. Sayang sekali kami kesini sewaktu Lawang Sewu masih diperbaiki, jadi kami tidak masuk ke sembarang tempat, termasuk ke ruang bawah tanah.

Foto: Link Sumber
Foto: Link Sumber
Foto: Link Sumber

Baiklah, meskipun kami tidak bisa masuk ke ruang bawah tanah, aku akan menceritakan sedikit keadaan disana. Di ruang bawah tanah terdapat sumber air. Hal ini memang disengaja oleh Belanda, yang fungsinya sebagai pendingin Lawang Sewu. Sehingga, di dalam Lawang Sewu gak ada AC atau kipas hahaha. Karena air dari bawah tanah inilah yang pada akhirnya naik menjadi uap dan embun yang mendinginkan Lawang Sewu. Karena ruang bawah tanah ini tergenangi air, maka ketika kita masuk ke dalam ruang bawah tanah, kita diwajibkan untuk memakai sepatu boot dan membawa senter sebagai penerangan di ruang bawah tanah. Tenang saja, kedua benda itu sudah disiapkan dari pihak Lawang Sewu sendiri.
Tiga foto di atas merupakan beberapa gambaran kondisi ruang bawah tanah Lawang Sewu yang aku ambil dari beberapa situs. Ada apa saja di sana? Di sana terdapat tiga macam penjara yang digunakan Jepang untuk membunuh seluruh penghuni Lawang Sewu. Mulai dari penjara berdiri, jongkok, dan duduk. Penjara duduk berbentuk persegi mempunyai panjang sisi 1 meter dan diisi lebih dari 10 orang. Hal serupa terjadi di penjara jongkok dan berdiri. Orang-orang memang dipaksa untuk berdesakan sehingga lama-lama mereka akan kehabisan nafas dan meninggal. Di sini juga terdapat tempat sebagai pemenggalan kepala. Hiiiihhh serem ya. Gak heran, kalo konon katanya, tempat inilah yang paling angker dari seluruh bagian Lawang Sewu. Konon katanya juga, Ika kalian memiliki kemampuan indera keenam, maka kalian dapat mencium aroma anyir karena banyaknya darah yang tumpah di sana. Lalu, kemana mayat-mayat itu dibuang? Mayat-mayat itu akan dibuang di sungai yang berada di sebelah Lawang Sewu.
Yap, dibalik keindahannya Lawang Sewu memang memiliki banyak cerita. Meskipun sudah berkali-kali ke sini, aku gak pernah bosan. Karena tempat ini sungguh nyaman. Sebelum pulang, aku dan fikri sempat duduk-duduk di taman yang berada di depan Lawang Sewu sambil menikmati hiruk pikuk keramaian Kota Semarang.
Tenang saja, setelah ini, kami masih berkeliling Semarang lagi. Di post selanjutnya aku akan menceritakan kemegahan Masjid Agung Jawa Tengah yang terkenal megah dengan keempat payung nya dan menara 99 meternya. See ya!

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts